Sudah siapkah kita untuk berpuasa tidak hanya secara lahiriah, namun juga batiniah?
Tips berikut mungkin akan mempermudah kita untuk melakukannya.
Pada bulan Ramadhan, umat muslim melakukan puasa untuk memurnikan kembali hubungan umat manusia dengan Allah swt,  menyucikan kembali hati yang telah ternoda oleh berbagai aktivitas kehidupan.
Kegiatan berpuasa identik dengan menahan keinginan duniawi yang ditandai dengan menahan nafsu untuk makan dan minum yang menjadi dasar kebutuhan setiap manusia.
Jika kebutuhan dasar ini bisa dikendalikan, diharapkan manusia juga bisa mengendalikan kebutuhan-kebutuhan duniawi yang tidak mendasar.

Namun seiring dengan bergeraknya jaman dan berkembangnya pola pikir manusia, sepertinya makan dan minum tidak lagi menjadi kebutuhan dasar yang mendesak.
Menunda makan satu hari penuh bahkan sudah biasa bagi mereka yang terlampau sibuk hingga melupakan jadwal makan.
Begitu pun dengan minum air, banyak orang yang tahan tidak minum air beberapa jam lamanya jika sudah berkonsentrasi dengan suatu hal.
Namun lain halnya jika kita harus menahan amarah yang sudah sampai di ujung lidah.
Rasanya di jaman sekarang, menahan kebutuhan untuk ekspresi diri dengan amarah dan melakukan hal yang disenangi lebih mendesak daripada makanan dan minuman.
Seringkali hal demikian tidak sengaja tertanam di diri kita karena tuntutan aktivitas hidup yang tidak kenal istirahat, tidak kenal ini bulan Ramadhan atau tidak, tidak mau tahu keadaan manusia.
Jika sudah demikian, tidak berarti kita  harus menyerah, melewatkan momen Ramadhan yang fitri ini dengan ala kadarnya dan membiarkan kehidupan spiritualitas kita tetap dibungkam oleh aktivitas dunia.
Masih ada usaha yang bisa kita lakukan untuk ikut memetik buah-buah Ramadhan.
Kita masih sempat membuat jadwal yang harus dilakukan hari ini atau satu minggu ke depan bukan? Jika iya, maka kita juga sempat melakukan ini.
Luangkan waktu di pagi hari atau malam hari sebelum berpuasa, dengan pena di tangan dan lembar kosong di agenda .
Tenangkan diri dan arahkan pikiran  ke kehidupan pribadi.
Mulai hubungkan dengan momen puasa , cari arti dari puasa untuk kita.
- Hanya menunaikan kewajiban agama?
- Agar tidak terlihat sebagai penganut agama yang buruk?
Berarti kita harus menggali lebih dalam lagi.
- Bagaimana kehidupan pribadi kita, apakah sudah cukup baik hubungan dengan Allah swt dan sesama?
- Apa yang sudah dan ingin kita lakukan untuk sesama?
Tuliskan semua yang muncul dalam pikiran .
- Pikirkan bagaimana momen Ramadhan dan puasa bisa menjadi jalan untuk mewujudkan keinginan-keinginan positif .
- Kemudian ringkas semuanya menjadi poin-poin tekad kita selama berpuasa.
- Kini kita sudah membekali diri dengan pagar yang siap menjaga kita menggali spiritualitas saat berpuasa dengan sungguh-sungguh.
- Tinggal menerapkannya di bulan Ramadhan ini.
Akan lebih baik jika kita datang pada orang yang siap membimbing dalam beragama, sehingga tidak hanya spiritualitas dalam kehidupan dengan sesama saja yang tergali namun juga dalam hubungan kita dengan Allah swt  sendiri.