“Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa” [Al-Baqarah:183]
Bulan puasa sudah tinggal beberapa hari lagi.
Hari demi hari kedatangannya begitu terasa.
Apalagi bagi mereka yang merindukan bulan ini.
Di bulan ini sarat dengan perjuangan.
Menurut Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah  (dilahirkan pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350)  seorang ahli tafsir, ahli hadist, penghafal Al-Qur’an ( sumber :Wikipedia) , Ramadhan juga adalah bulan jihad.
Beliau membagi tingkatan jihad ada empat:
* jihad melawan hawa nafsu
* jihad melawan syaithan
* jihad melawan orang kafir dan
* jihad melawan orang munafiqin.
Keempat tingkatan tersebut menggambarkan urgensi jihad itu sendiri.

Namun kelihatannya kita belum sanggup (karena kelemahan kita) melakukan jihad tingkatan ketiga atau keempat.
Mengapa?
Karena untuk mengukur kualitas, hanya  dia yang bisa teguh di medan pertempuran adalah mereka yang telah terbiasa dan tegar melawan hawa nafsunya dan memerangi syaitan sehingga mereka tegar pula dalam menghadapi orang-orang kafir dan munafikin.
Terus, bagaimanakah kita jihad melawan hawa nafsu?
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah mengatakan:
Adapun jihad melawan hawa nafsu,  memiliki empat tingkatan:
Pertama: ia memeranginya dengan cara menuntut ilmu Al-Huda (Islam) dan dinul Haq, yang tidak ada kejayaan dan kebahagiaan dunia akhirat kecuali dengan Islam.
Dan ketika seseorang melawatkan belajar ini, maka ia akan sengsara dunia akhirat.
Kedua: memeranginya dengan mengamalkan apa yang ia pelajari (mengamalkan Islam), kalau tidak ilmu itu akan membahayakannya atau tidak memberikannya manfaat.
Ketiga: memeranginya dengan mendakwahkannya, mengajarkan orang belum mengetahuinya.
Kalau tidak dia terancam masuk kedalam golongan orang yang menyembunyikan petunjuk yang diturunkan oleh Allah swt.
Ilmunya tidak bermanfaat baginya bahkan akan berbuah adzab.
Keempat: memeranginya dengan bersabar diatas kesulitan dakwah dan disakiti orang (baik verbal maupun nonverbal).
Ia menanggung semua beban tersebut.
Jika ia menyempurnakan tingkatan ini, maka dia akan termasuk golongan orang yang beruntung.
Barang siapa berilmu, beramal kemudian mengajarkan ilmunya, maka itulah orang yang disebut terhormat di singgasana langit.
Begitu berharganya momen ramadhan ini untuk menempa diri.
Dari nama saja sudah tercermin.
Arti ramadhan adalah panas.
Panasnya padang pasir saat itu yang terasa membakar kulit.
Maka dibulan ini, kita pun mengambil pesan bahwa keteguhan kita pun dibakar dan dipanggang hingga benar-benar berada pada tempaan keimanan.
Dan tujuan dari diwajibkannya puasa dan jihad tidak lain agar kita menjadi orang yang bertaqwa.
Apa yang kita persiapkan di bulan ‘JIHAD’ ini?
Apakah kita siap melawan hawa nafsu kita?
Apakah kita sudah mengalahkan nafsu kita?
Apakah kita sudah menyiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti?
Betapa banyak dosa yang kita perbuat, kelalaian, kekhilafan dan banyak lagi yang lain?
“Dan berbekal lah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” [Al-Baqarah:179]